Untuk memastikan efektivitas air dingin dan panas dalam mengurangi
rasa haus, telah dilakukan percobaan terhadap 10 orang subjek yang
diminta berolahraga dalam ruangan dengan suhu udara sekitar 30oC
selama 30 menit. Dalam keadaan haus, kepada mereka secara serentak
diberikan minum air dingin kepada 5 orang subjek dan air panas kepada 5
orang yang lain.
Selang waktu 10 menit kemudian, 1 di antara 5 orang yang
mendapatkan air dingin menyatakan masih haus. Sementara mereka yang
mendapatkan air panas, semuanya menyatakan masih haus. Ini berarti, air
dingin membantu menghilangkan rasa haus lebih cepat. Mengapa demikian?
Kenyataan ini didasarkan oleh keadaan dimana air pada
selang waktu dikonsumsi hingga diserap tubuh akan menyesuaikan suhunya
terhadap suhu tubuh dengan menyerap atau memberi kalor bagi
sekelilingnya. Air dingin akan menyerap kalor (panas) dari bagiantubuh
yang dilewati, termasuk kerongkongan, sehingga terasa lebih menyejukkan.
Satu lagi fenomena yang patut diketahui bahwa air dingin lebih cepat
melewati lambung dan masuk ke usus. Sementara itu, air panas tertahan di
lambung. Padahal, air akan diserap ke dalam tubuh melalui usus. Itu
sebabnya, mungkin kebutuhan tubuh akan air lebih cepat tercukupi oleh
air dingin.
Akan tetapi, mengapa orang tua kita seringkali tidak
menyarankan untuk meminum minuman dingin? Air dingin dengan penyerapan
begitu cepat sering menimbulkan rangsangan yang sangat kuatdan mendadak
bagi pencernaan. Pada orang-orang dengan pencernaan kurang sehat dapat
menyebabkan sakit perut, bahkan diare.
Oleh karena itu, bila ingin air dapat cepat diserap tubuh, minumlah
minuman dingin. Namun, bila ingin menghangatkan perut dan menenangkan
pencernaan, minumlah minuman hangat. Minuman hangat atau dingin,
sebaiknya disesuaikan dengan kondisi tubuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar